♠ Posted by Unknown at 05.58
.
KBRN, Banyumas :Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul (BBPTU) Sapi Perah Baturaden,kewalahan menirima permintaan bibit sapi perah dari berbagai kalangan.
Kepala BBPTU Baturaden Ali Rachman mengatakan dalam satu tahun ada sekitar 600-700 ekor bibit sapi yang diminta dari masyarakat, namun pihaknya baru bisa menyediakan hanya berkisar 300 ekor bibit sapi perah. Sehingga masyarakat yang ingin membeli bibit sapi perah, harus menunggu berbulan-bulan atau harus menunggu pada tahun berikutnya.
Permintaan ini kebanyakan berasal dari berbagai wilayah di Jawa, yang didominasi kelompok tani, Pemerintah Kabupaten dan perseorangan.
Menurut Ali salah satu alasan tingginya permintaan konsumen, karena selain bibit sapi unggul, juga harganya murah yang bekisar Rp 17,5 juta, padahal kalau dipasaran harga bibit sapi perah impor mencapai Rp 50 juta. Bibit sapi perah ini, berasal dari indukan sapi impor, diantaranya dari Australia.
Lanjutnya saat ini di BBPTU Baturaden terdapat 1250 ekor sapi, 200 diantaranya dijadikan penghasil susu murni.
“Target kami 250-300 ekor pertahun, dengan permintaan hampir seluruh Indonesia, seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, Jogjakarta dan Sumatra. Sapi yang kita jual umurnya kira-kira 17-18 bulan., yang sedang bunting. Harga rata-rata sekitar Rp 17,5 juta, padahal kalau sapi impor mencapai Rp 50 juta,”kata Ali Senin (13/10/2014).
Dari 200 ekor sapi yang diprah ini dalam sehari dapat menghasilkan 4.500 liter susu, 2.500 liter diantarnya didistribusikan kepada masyarakat. Sisanya untuk memenuhi industri susu yang ada di beberapa tempat.
Ali menambahkan, saat ini permintaan susu sangat tinggi, termasuk juga di Banyumas. Pihaknya belum bisa memenuhi kebutuhan susu seluruh masyarakat Banyumas. Karena adanya kesadaran akan kebiasan untuk meminum susu di Banyumas semakin meningkat, untuk itu BBPTU Batuarden, juga melakukan pengemasan susu dalam bentuk gelas plastik dan eskrim. (RA/BCS).
Kepala BBPTU Baturaden Ali Rachman mengatakan dalam satu tahun ada sekitar 600-700 ekor bibit sapi yang diminta dari masyarakat, namun pihaknya baru bisa menyediakan hanya berkisar 300 ekor bibit sapi perah. Sehingga masyarakat yang ingin membeli bibit sapi perah, harus menunggu berbulan-bulan atau harus menunggu pada tahun berikutnya.
Permintaan ini kebanyakan berasal dari berbagai wilayah di Jawa, yang didominasi kelompok tani, Pemerintah Kabupaten dan perseorangan.
Menurut Ali salah satu alasan tingginya permintaan konsumen, karena selain bibit sapi unggul, juga harganya murah yang bekisar Rp 17,5 juta, padahal kalau dipasaran harga bibit sapi perah impor mencapai Rp 50 juta. Bibit sapi perah ini, berasal dari indukan sapi impor, diantaranya dari Australia.
Lanjutnya saat ini di BBPTU Baturaden terdapat 1250 ekor sapi, 200 diantaranya dijadikan penghasil susu murni.
“Target kami 250-300 ekor pertahun, dengan permintaan hampir seluruh Indonesia, seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, Jogjakarta dan Sumatra. Sapi yang kita jual umurnya kira-kira 17-18 bulan., yang sedang bunting. Harga rata-rata sekitar Rp 17,5 juta, padahal kalau sapi impor mencapai Rp 50 juta,”kata Ali Senin (13/10/2014).
Dari 200 ekor sapi yang diprah ini dalam sehari dapat menghasilkan 4.500 liter susu, 2.500 liter diantarnya didistribusikan kepada masyarakat. Sisanya untuk memenuhi industri susu yang ada di beberapa tempat.
Ali menambahkan, saat ini permintaan susu sangat tinggi, termasuk juga di Banyumas. Pihaknya belum bisa memenuhi kebutuhan susu seluruh masyarakat Banyumas. Karena adanya kesadaran akan kebiasan untuk meminum susu di Banyumas semakin meningkat, untuk itu BBPTU Batuarden, juga melakukan pengemasan susu dalam bentuk gelas plastik dan eskrim. (RA/BCS).
0 komentar:
Posting Komentar